Tantangan Fintech Di Indonesia: Teknologinya Siap, Tapi..

LayananFoto: istimewa

CalonPedia Jakarta – Di Amerika Serikat dan China, semuanya sudah cashless alias non-tunai karena ekosistemnya sudah siap. Itu sebabnya layanan Fintech (financial technology) bisa cepat berkembang di sana. Bagaimana dengan di Indonesia?


Layanan keuangan berbasis teknologi atau dikenal dengan Fintech perlahan memang mulai menjadi tren di Indonesia. Termasuk, Digital Artha Media (DAM), anak usaha Bank Mandiri, yang mengaku punya visi dan misi menumbuhkan ekosistem Fintech di Indonesia.


Pasalnya, seakan-akan dipaparkan oleh Managing Direktor DAM Fanny Verona, industri perbankan dan sejumlah perusahaan dalam beberapa tahun ini mulai tertarik dengan Fintech. Hanya saja, masih banyak dari masyarakat di Indonesia yang belum melek akan Fintech. Padahal menurut Fanny, penetrasi smartphone di Indonesia sudah mendekati 100%.


“Kami di DAM, tidak ingin mencoba untuk berkompetisi dengan pemain Fintech lainnya. Tapi lebih kepada membangun ekosistem untuk Fintech atau istilah lainnya sebagai Fintech enabler. Karena apa, yang terpenting dalam semua ini yaitu ekosistem,” papar Fanny di jadwal media briefing di Jakarta, Kamis (21/12/2017).











LayananManaging Direktor DAM Fanny Verona Foto: Muhammad Alif Goenawan/CalonPedia




Salah satu tantangan berat yang dihadapi oleh anak perusahaan Mandiri ini bukan perusahaan Fintech, melainkan kebiasaan penggunaan uang cash. Dan hal ini lah yang menurut Fanny harus diubah kebiasaannya.


“Di Amerika Serikat, di China, semuanya sudah cashless. Karena ekosistemnya sudah siap. Terkadang di sini, jika ingin makan sesuatu kita harus nanya dulu, apakah bisa Mandiri e-Cash atau tidak. Belum lagi resah mau top up saldo,” ujar Fanny.


Tak hanya itu, dengan semuanya beralih ke Fintech, Fanny mengatakan, bisa membuka kala baru yang penuh transparansi. “Dengan Fintech, semuanya menjadi transparan. Yang nantinya hobi korupsi maka tak bisa lagi,” terangnya.


Dalam menjadi Fintech enabler, ada tiga pilar yang diusung oleh DAM, antara lain Customer, Technology, dan Market Entry. Namun, dari semua pilar itu yang paling menjadi perhatian yaitu Market Entry.


“Karena begini, dikala teknologinya sudah siap, terkadang market-nya belum siap. Nah, inilah yang menjadi tantangan,” tuturnya.


Market yang menjadi incaran DAM tak lain yaitu pasar urban atau kota besar. Hal ini karena gaya hidup di perkotaan kerap menjadi pola di daerah. “Apa yang tren di Jakarta biasanya menyusul di kota-kota lainnya. Setelah menyasar urban, paling kami akan sasar rural,” pungkasnya.





Belum ada Komentar untuk "Tantangan Fintech Di Indonesia: Teknologinya Siap, Tapi.."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel